NUSANTARANEWS | SUKABUMI – Di balik gemerlap lampu kota dan riuh rendah aktivitas malam di Palabuhanratu, tersimpan sebuah kisah getir yang mengiris hati. Seorang bocah perempuan tampak berjalan menunduk dengan karung lusuh di tangan, mengais rezeki dari botol plastik, kaleng, hingga kardus bekas yang tercecer di sepanjang jalan.
Ketika dihampiri, dengan suara lirih dalam bahasa Sunda, ia mengaku bukan sekadar mencari uang untuk jajan, melainkan membantu menopang kebutuhan hidup keluarganya. "Abdi mah ngumpulkeun rongsokan kanggo nambahin kabutuhan sapopoe. Lamun teu kitu, bapa sareng ibu langkung beurat," ujarnya malu-malu, sambil terus memunguti bekas minuman yang ia temui.
Yang membuat semakin terenyuh, meski setiap malam ia turun ke jalan, esok paginya ia tetap berangkat sekolah. "Isuk mah sakola heula, pas beurang atanapi peuting kakara ngumpulkeun rongsokan," ucapnya dengan mata berbinar, seolah lelahnya menghilang saat berbicara tentang sekolah.
Sejumlah pedagang di sekitar Jalan Siliwangi mengaku kerap menyaksikan bocah tersebut. "Ampir unggal peuting anjeunna sok nguriling, ngambil botol kosong sareng bekas minuman. Sakedap nyeri ningalina, tapi anjeunna siga henteu isin, malah sigana geus biasa," tutur salah seorang pedagang sambil menghela napas panjang.
Kisah bocah pemungut rongsokan di Palabuhanratu ini menyentuh nurani siapa pun yang melihat. Ia adalah cermin perjuangan anak kecil yang rela berkorban demi keluarga, tanpa pernah melepaskan genggaman pada cita-cita dan pendidikan.
Di tengah hiruk-pikuk kehidupan kota, kisah sederhana ini menjadi pengingat bahwa di balik senyum polos seorang anak, tersimpan kekuatan besar yang tak jarang mengalahkan orang dewasa.
(Ismet)
