Jika seorang muslim mau membaca Alquran dan hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia akan mengetahui bahwa salat subuh sangat mahal nilainya. Bagaimana tidak, dua rakaat salat sunah sebelum subuh saja pahalanya lebih baik daripada dunia dan seisinya. Lalu, bagaimana dengan pahala salat subuhnya? Tentu memiliki pahala dan ganjaran yang jauh lebih besar.
Perhatikan kisah sahabat Khalid bin Walid yang tidak mau memulai perang kecuali setelah melaksanakan salat subuh. Hal itu ia lakukan agar tidak tertinggal salat subuh. Ia sangat paham bahwa salat subuh memiliki keutamaan yang begitu besar bagi umat Islam.
Umar bin Khatab berkata, “Sungguh, ikut serta dalam salat subuh berjamaah itu lebih baik bagi saya dari pada salat malam.”
Anas bin Malik selalu menangis manakala ia mengingat penaklukan Tustur. Imam Ibnu Katsir menyebutkan dalam Al Bidâyah wan Nihâyah juz ketujuh bahwa Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu selalu menangis bila mengingat peristiwa penaklukan Tustur. (Imam Al-Bukhari menyebutkan dalam shohihnya no. 945, Ibnu Abi Syaibah dalam mushonnaf 18/308 dan Ibnu Sa’ad dalam Thobaqot 5/333)
Tustur adalah sebuah kota milik kerajaan Persia yang sangat kuat bentengnya dan pertahanannya. Dikepung oleh pasukan kaum muslimin satu setengah tahun lamanya sebelum akhirnya menyerah jatuh di genggaman kaum muslimin. Sebuah kemenangan yang agung bagi kaum muslimin.
Tustur, adalah termasuk dari penaklukan tersukar yang pernah dilalui oleh kaum muslimin. Pertanyaannya, jika kondisi kaum muslimin sedang dalam gambaran yang indah lagi bersinar seperti ini, lantas mengapa gerangan sahabat Anas bin Malik menjadi bersedih jika mengingat peristiwa perang ini?
Ketika itu, pintu gerbang benteng Tustur berhasil ditembus oleh kaum muslimin sesaat sebelum masuk salat subuh. Kemudian mengalirlah pasukan kaum muslimin ke dalam benteng secara berbondong-bondong. Terjadilah pertempuran antara kedua kubu, 30 ribu orang kaum muslimin menghadapi 150 ribu orang pasukan Persia. Kondisi pertempuran kala itu sangatlah sengit, sampai setiap detik dalam peperangan berpotensi menuntun pada maut, dan berpeluang timbulnya bahaya bagi pasukan kaum muslimin.
Sungguh waktu itu adalah posisi yang sangat sulit bagi kaum muslimin. Kegentingan bahaya yang sudah sampai pada puncaknya. Akan tetapi endingnya -dengan karunia Allah- Allah tuliskan kemenangan pada kubu umat Islam. Merekapun berjaya atas musuh-musuh mereka dengan kejayaan yang bersinar. Kemenangan ini terjadi beberapa saat setelah terbitnya sang surya.
Tersingkaplah bagi kaum muslimin, mereka baru sadar ternyata waktu salat subuh telah terlewati pada hari yang mencekam itu. Kaum muslimin, dalam posisi keadaan genting yang membinasakan dengan pedang yang mengancam leher-leher mereka, tidak mampu untuk melaksanakan salat subuh tepat pada waktunya.
Anas bin Malik pun tertunduk pilu karena kehilangan salat subuh untuk pertama kalinya sepanjang hidupnya.
Dia menangis padahal sejatinya ia sedang mendapatkan udzur. Seluruh pasukan mendapat udzur. Mereka semua sedang tersibukkan dengan perang, tersibukkan dengan ibadah jihad yang merupakan puncak dari agama islam ini. Akan tetapi tetap saja, bahwa yang terlalaikan ini adalah suatu ibadah yang agung (shalat subuh).
Anas bin Malik mengatakan:
“Tahukah engkau tentang Tustur..?”
Sungguh telah terlewati olehku melaksanakan salat subuh pada waktu itu, tidaklah diriku diberikan seluruh dunia dan seisinya lebih aku sukai dibandingkan jika aku bisa mengerjakan salat subuh.”
Dari sini kita tahu rahasia kemenangan mereka. “Jika kamu menolong (agama) Allah, maka ia pasti akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (Terjemahan QS. Muhammad :7)
Seorang penguasa Yahudi pernah berkata, “Kami baru takut terhadap umat Islam jika mereka telah melaksanakan salat subuh seperti melaksanakan salat Jumat.”
Israel hancur jika jumlah jamaah salat shubuh sama dengan salat jumat ?
Zionis Yahudi merasa ketakutan, ketika kaum muslimin melaksanakan salat subuh seperti pelaksanaan salat jumat, mereka yakin akan kalah oleh kaum muslimin, kalau salat subuh mereka sebanyak salat jum’at.
Seorang ulama besar Pakistan, Syaikh Maulana Tariq Jamil menyampaikan pengalaman dakwahnya ketika pergi berdakwah di negeri Jordania. Ketika di Jordania beliau pergi ke daerah perbatasan Jordania-Israel. Sampai di daerah perbatasan, ketika rombongannya Syaikh Maulana Tariq Jamil selesai menunaikan salat subuh disalah satu masjid di dekat perbatasan, tiba-tiba seorang tentara Israel dari luar melihat ke arah dalam Masjid. Setelah melihat sebentar lalu tentara Israel itu langsung pergi. Maka Syaikh Maulana Tariq Jamil menghampiri tentara Israel itu dan bertanya apa yang dia tadi lakukan.
“Saya hanya ingin melihat berapa jumlah orang Islam yang hadir salat subuh di Masjid,” kata tentara Israel itu. Syaikh Maulana Tariq Jamil sambil keheranan bertanya “kenapa?” Dia pun menjawab “di dalam kitab kami tertulis ‘Jika diseluruh dunia jumlah orang Islam yang hadir untuk salat subuh berjamaah di masjid sama banyak dengan jumlah jamaah salat Jumat, maka saat itu Israel akan hancur.’ tetapi ketika tadi saya lihat di masjid jumlah orang Islam yang datang untuk salat subuh berjamaah masih sedikit, maka hati saya tenang, karena umat Islam pasti tidak bisa kalahkan kami.” Mendengar pembicaraan ini Syaikh Maulana Tariq Jamil sangat keheranan.
Sebagaimana kita ketahui bahwa salat subuh adalah salat yang paling sulit ditunaikan, karena subuh adalah saat masih gelap, dingin dan saat orang-orang sedang tidur. Jika salat subuh bisa ditunaikan maka salat lainnya pastilah akan mudah ditunaikan.
Sebagian besar umat Islam tidak mengetahui pengakuan tentara Israel ini, bahwasanya Israel akan hancur jika jamaah salat subuhnya umat Islam yang hadir sebanyak salat Jumat.
Orang Yahudi selalu berusaha dengan berbagai cara agar umat Islam bisa meninggalkan Salat 5 waktunya. Karena orang Yahudi faham jika umat Islam meninggalkan salat fardhunya maka Allah Subhanahu Wa Ta’aala pasti tidak akan menolong umat Islam. Sehingga semua usaha umat Islam untuk membela Palestina selalu mengalami kegagalan.