NUSANTARANEWS | SUKABUMI – Kepala Desa Salawi, Kecamatan Sukaraja, H. Zainal Muttaqin menyatakan kesiapannya untuk menjadi pelopor pertanian organik di wilayahnya. Hal ini disampaikannya saat menerima kunjungan Ketua Umum Petani Milenial Organik, Djunaidi Tanjung, di area sawah milik desa yang akan menjadi lokasi percontohan penggunaan pupuk organik cair P20.
Dalam kesempatan tersebut, Djunaidi Tanjung menyampaikan pentingnya kesadaran terhadap hubungan manusia dengan tanah. "Kita berasal dari tanah, makan dari tanah, dan nanti akan kembali ke tanah. Tapi pernahkah kita meminta maaf pada tanah yang sering kita injak, kita cemari, bahkan kita racuni dengan bahan kimia?" ungkap Tanjung dalam pemaparannya.
Menurutnya, penggunaan pupuk kimia secara terus-menerus telah merusak kesuburan tanah dan mengganggu keseimbangan ekosistem. "Inilah saatnya kita mengabdi dan meminta maaf kepada tanah dengan cara mengembalikan kesuburannya melalui penggunaan pupuk organik," lanjutnya.
Djunaidi menegaskan bahwa penggunaan pupuk organik cair P20 yang telah memiliki legalitas resmi dan teruji manfaatnya, bisa menjadi solusi dari berbagai persoalan yang dihadapi petani saat ini. Selain meningkatkan hasil panen, penggunaan pupuk ini juga menekan biaya produksi dan menjaga kelestarian lingkungan.
"Pupuk organik ini sejalan dengan filosofi kami: Habblum minannas, habblum minal alam, dan habblum minallah. Hubungan baik dengan sesama manusia, alam, dan Sang Pencipta," jelasnya.
Menanggapi hal tersebut, H. Zainal Muttaqin menyambut baik kerja sama ini dan menyatakan kesiapannya untuk ikut memulai langkah konkret pertanian organik.
"Kami siap menjadi contoh. Akan kami coba dulu di lahan 3.000 meter persegi atau sekitar 30 patok sawah. Kalau berhasil dan hasil panennya bagus, insya Allah seluruh masyarakat kami yang memiliki sawah kurang lebih 118 hektare akan kami ajak untuk beralih ke pupuk organik," ujar Zainal kepada media.
Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa berbagai keluhan petani selama ini, seperti kelangkaan pupuk, keterbatasan alat pertanian, pendampingan teknis, dan minimnya modal bisa terbantu dengan pendekatan baru ini.
Dalam kegiatan yang sama, Mang Ayi selaku penggarap lahan yang ditunjuk oleh pemerintah desa, menyatakan antusiasmenya. Ia hadir bersama empat anggota timnya dan merasa termotivasi dengan penjelasan dari Ketua Umum Petani Milenial Organik.
"Selama ini kami bertani hanya sekadar menanam dan panen. Tapi hari ini kami belajar tentang pengecekan pH tanah, pemuliaan bibit, dan teknik pertanian dari hulu ke hilir. Ini sangat membangun semangat kami," ujarnya.
Mang Ayi berharap semua petani bisa lebih sadar pentingnya menggunakan pupuk organik demi kesehatan tanah, panen yang sehat, dan pada akhirnya untuk kebaikan keluarga serta masyarakat luas.