NUSANTARANEWS | SUKABUMI – Kelurahan Palabuhanratu, Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, menjadi salah satu wilayah penerima bantuan Program Rumah Tidak Layak Huni (Rutilahu) Provinsi Jawa Barat Tahun Anggaran 2025. Hal ini terungkap dalam Musyawarah Persiapan Pelaksanaan Kegiatan (MP2K) yang digelar pada Kamis (7/8/2025).
Koordinator Fasilitator Rutilahu Provinsi Wilayah I, Ajat Zatnika, menjelaskan bahwa program ini merupakan inisiatif tahunan Pemerintah Provinsi Jawa Barat melalui Dinas Perumahan dan Permukiman (Disperkim). Tujuannya adalah untuk membantu masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) atau warga miskin dalam meningkatkan kualitas hunian mereka.
"Program ini berbentuk bantuan stimulan yang bersifat sosial. Artinya, dana yang diberikan bersifat rangsangan agar masyarakat juga turut berpartisipasi melalui swadaya," ujar Ajat.
Ajat merinci bahwa bantuan yang diberikan sebesar Rp20 juta per unit rumah. Dana tersebut dialokasikan untuk pembelian bahan bangunan sebesar Rp17,5 juta, upah kerja sebesar Rp2 juta, dan biaya administrasi serta operasional lembaga pengusul (LPM) sebesar Rp500 ribu. Sistem pembelian bahan dilakukan secara non tunai, di mana uang akan langsung ditransfer ke toko bangunan, atau dikirim dalam bentuk material oleh pihak toko.
Untuk wilayah kelurahan Palabuhanratu, lanjut Ajat, tahun ini dialokasikan sebanyak 25 unit rumah yang akan direhabilitasi. Selain di Sukabumi, program ini juga menyasar beberapa wilayah lain, seperti Kota Sukabumi, Kabupaten Bogor, dan Kota Bogor.
Lurah Palabuhanratu, Yadi Supriadi, menyampaikan apresiasinya kepada seluruh pemangku kepentingan atas perhatian nyata pemerintah terhadap masyarakatnya.
"Alhamdulillah, kami bersyukur Kelurahan Palabuhanratu mendapat alokasi 25 unit rutilahu. Ini menjadi bukti bahwa pemerintah hadir dan peduli terhadap warga yang rumahnya tidak layak huni. Semoga ini menjadi dorongan semangat bagi masyarakat dan pemerintah untuk terus mendorong program-program serupa," ucap Yadi.
Secara teknis, pelaksanaan rehabilitasi akan disesuaikan dengan kesiapan warga penerima bantuan. Yadi juga menekankan pentingnya pengawasan terhadap kualitas bahan dan struktur bangunan agar tidak terjadi penyimpangan di lapangan.
"Prioritas bantuan tahun ini juga mempertimbangkan dampak bencana yang terjadi sebelumnya. Banyak rumah yang rusak akibat banjir dan angin kencang, terutama rumah dengan dinding bilik yang tidak memiliki struktur kuat dan atap yang tidak layak," jelasnya.
Program Rutilahu diharapkan mampu meningkatkan kualitas hidup masyarakat serta menciptakan lingkungan tempat tinggal yang lebih aman dan layak huni.
(Ismet)