NUSANTARANEWS | PAPUA BARAT – Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) kembali melakukan aksi penembakan terhadap personel gabungan TNI-Polri yang tergabung dalam Satgas Operasi AB Moskona 2025. Insiden terjadi pada Minggu pagi, 27 April 2025, sekitar pukul 07.00 WIT di kawasan Sungai Meyah, Distrik Moskona Barat, Kabupaten Teluk Bintuni.
Aksi penembakan tersebut terjadi saat Kapolda Papua Barat, Irjen Pol Johnny Eddison Isir, S.I.K., M.T.C.P., bersama ajudannya, serta Ketua Komnas HAM Papua Barat, Frits Ramandey, dan sejumlah anggota Polres Teluk Bintuni tengah melakukan aktivitas pembersihan badan di sekitar sungai, sekitar 30–40 meter dari lokasi peristirahatan tim.
Tiba-tiba, terdengar tiga kali tembakan dari arah seberang sungai, diduga dilakukan oleh dua orang anggota KKB dari jarak sekitar 150 meter. Kapolda Papua Barat segera berlindung di balik pohon tumbang, sementara Ketua Komnas HAM bersama anggota lainnya mengamankan diri ke arah BOD (Basis Operasi Darat).
Tim gabungan TNI-Polri segera merespons dengan tembakan balasan dan mengevakuasi para pejabat ke posisi aman. Setelah itu, KKB kembali melepaskan dua tembakan sebelum melarikan diri ke dalam hutan.
Pasca kejadian, tim gabungan melakukan langkah-langkah pengamanan seperti penembakan balasan, evakuasi personel dari sungai ke BOD, serta penggunaan drone untuk memantau pergerakan KKB. Kapolda Papua Barat juga memimpin konsolidasi pasukan dan pengamanan sektor perimeter. Seluruh personel dinyatakan aman dan lengkap.
Selanjutnya, kegiatan rekonstruksi TKP oleh Tim Inafis dilanjutkan di bawah perlindungan ketat aparat TNI-Polri. Diperoleh informasi bahwa kelompok KKB terganggu dengan aktivitas penyelidikan yang dilakukan di sekitar lokasi hilangnya IPTU Tomy Samuel Marbun.
Dari hasil analisa, KKB pimpinan Barnabas Muuk diduga merasa terganggu oleh kegiatan olah TKP dan berupaya mengganggu jalannya proses tersebut. Mereka kemungkinan besar memanfaatkan kondisi geografis sungai untuk menghindari kejaran aparat.
KKB juga diduga masih berada di sekitar titik BOD dan bisa saja merencanakan gangguan lanjutan, termasuk propaganda di media sosial. Potensi gangguan saat proses evakuasi menggunakan helikopter juga menjadi perhatian aparat keamanan.
Untuk mengantisipasi gangguan berikutnya, disarankan agar kegiatan rekonstruksi lanjutan dilakukan di lokasi yang lebih aman seperti Mayado atau Bintuni. Selain itu, patroli siber dan kontra intelijen melalui media sosial juga perlu ditingkatkan guna mencegah penyebaran narasi oleh KKB.
Operasi pencarian dan pengamanan akan terus dilakukan dengan mengedepankan kehati-hatian serta keselamatan seluruh personel di lapangan.
Editor: Ismet